BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siapa pun tidak akan pernah
menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan,
tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan
ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.
Kegiatan belajar mengajar adalah
suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna
membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar.
Perpaduan dan kedua unsur manusiawi lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan
bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara
optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum
pangajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa
yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat
mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak
didik. Suasana belajar mengajar yang
tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak
mendatangkan kegiatan belajar rnengajar
yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi
mereka masing-masing. Kondisi mi tentu menjadi kendala yang serius bagi
tercapainya tujuan pengajaran.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
hakikat belajar mengajar?
2.
Sebutkan
ciri-ciri belajar menajar?
3.
Apa
saja komponen-komponen belajar mengajar?
C. Tujuan
dan Manfaat
1.
Memahami
hakikat belajar mengajar
2.
Mengetahui
ciri-ciri belajar mengajar
3.
Mengetahui
komponen-komponen belajar mengajar
BAB
II
PEMBAHASAN
HAKIKAT,
CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Siapa pun
tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses
dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma
untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.
Kegiatan
belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah
yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak
didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi lahirlah interaksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen
pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Sebagai
guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi
belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu
saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan
menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar mengajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan
bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar
rnengajar yang kurang harmonis. Anak
didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi mi
tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Sebagai
kegiatan yang bemilai edukatif, belajar mengajar mempunya hakikat, ciri, dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas di medan pengabdian. Ketiga aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut:
A. Hakikat Belajar Mengajar
Dalarn kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek
dari kegiatan pengajaran. Karena
itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaan.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak ddik berusaha
secara aktif untuk mencapainya.
Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkjnan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya anak
didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua
perubahan termasuk kategori be1ajar. Misalnya,
perubahan fisik, mabuk, gila, dan
sebagainya.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya
sejumlah anak didik. Berbeda dengan
belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup
banyak aktivitas yang diilakukan oleh seseorang di luar dan keterlibatan guru.
Belajar di rumah cenderung menyendirj dan terlalu banyak mengharapan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas
belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku
tertentu.
Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak
memerlukan kerlibatan
individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan
pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah
yang sudah baku dan rnenyatu di dalam
konsep pengajaran.
Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar
adalah dwi tunggal dalam perpisahan ragajiwa bersatu antara guru dan anak
didik.
Biasanya
permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik
adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana
adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan
masalah pengelolaan kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur
suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik.
Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga
berakhimya kegiat belajar mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak
akan pernah sepi dari kegiatan guru. Sernua kegiatan itu guru lakukan tidak
lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar anak didik.
Sama
halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu
proses mengatur, mengorganisasi .lingkungan yang ada disekitar anak didik,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan
kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (NanaSudjana, 199:29).
Peranan
guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang
bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada anak
didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna
bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki
agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar
anak didik.
Akhimya,
bila hakikat belajar adalah
“perubahan”, maka belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan
oleh guru.
B.
Ciri-ciri
Belajar Mengajar
Sebagai
suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dan ciri-ciri tertentu,
yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1.
Belajar mengaja memiliki tujuan, yakni membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah
yang dimaksud kegiatan belajar mengajar
itu sadar akan tujuan, dengan
menempatkan anak didik sebagai
pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.
Ada
suatu prosedur (jalannya
interaksi) yang direncanakan, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu ada prosedur,
atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang
lain, mungkin akan membutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan
pembelajaran agar anak didik dapat
menunjukkann letak kota New York tentu
kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam
hati dan begitu seterusnya.
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi
harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen
yang lain, apalagi komponen anak
didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesam dan disiapkan
sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4.
Ditandai
dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak
didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Aktivitas anak didik dalam hal
ini, baik secara fisik maupun secara
mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada
gunanya melakukan kegiatan belajar
mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka
merekalah yang harus melakukannya.
5.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan
sebagai pembimbing. Dalam peranannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala
situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang
dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik
bersama anakdidik) sebagai designer akan
memimpin terjadinya interaksi.
6.
Dalam
kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar
mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian
rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik
dengan sadar. Mekanisme konkret dan ketaatan pada ketentuan atau tata tertib
itu akan terlihat dan pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-Iangkah yang
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dan
prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7.
Ada
batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah
harus tercapai.
8.
Evaluasi.
Dan seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus
guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah
ditentukan.
Demikian
pembicaraan mengenai kegiatan belajar mengajar. Untuk seterusnya pembahasan
ini diarahkan pada masalah belajar mengajar.
C.
Komponen-komponen
Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar
rnengajar mengandung sejumlah
komponen yang meliputi tujuan,
bahan pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dan pelaksanaan suatu kegiata. Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif.
Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan
kepada anak-anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik
bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya.
Ny.Dr.Roestiyah,N.K.
(1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang
penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka
mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran
mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu bukan sekedar
suatu proses dari pengjaran itu sendiri.
2. Bahan Ajar
Bahan pelajaran adalah substansi
yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran
proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Kerena itu, guru yang akan
mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya
pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni
penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran
pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh
guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan, bahan
pelajaran pelengkap adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang
guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber
belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran)
ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (Sudirman,
N.K.,1991;2003). Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990)
merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang
bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
3.
Kegiatan Belajar Mengajar
Keegiatan belajar mengajar adalah
inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar akan
melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menetukan sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar,
guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam
interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki
dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA( cara belajar siswa aktif) dalam
pendidikan modern.
Mastery learning adalah salah satu
strategi belajar mengajar penndekatan individual (Drs. Muhammad Ali, 1992: 94).
Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program
pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1998: 31).
4.
Metode
Metode adalah suatu cara yang di
pergunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.Dalam kegiatan belajar
mengajar,metode di perlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin di capai setelah pengajaran berakhir.Seorang guru
tidak dapat menyelesaikan tugasnyabila dia tidak menguasai satupun metode
mengajar yang di rumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan
Dalam kegiatan belajar mengajar,guru
tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode,tetapi guru sebaliknya menggunakan metode yang
bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan ,tetapi
menarik perhatian anak didik.Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi
tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak
tetap dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis
anak didik.Oleh karena itu,kompetensi guru di perlukan dalam pemilihan metode
yang tepat,pemilihan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya
menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunanya.Prof.Dr.Winarno Surakhmad,M.Sc.Ed., mengemukakan lima macam faktor
yang mempengaruhi penggunaan Metode mengajar Sebagai Berikut:
a. Tujuan yang berbagai jenis-jenis
dan fungsinya
b. Anak didik yang berbagai-bagai
tingkat kematangannya
c. Situasi yang berbagai-bagai
tingkat keadaannya
d. Fasilitas yang berbagai-bagai
kualitas dan kuantitasnya
e. Pribadi guru serta kemampuan
profesionalnya yang berbeda-beda
Demikian
pembicaraan mengenai metode ini secara umum,yang dalam babV akan di bahas
secara mendalam
5.
Alat
Alat
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran.Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan
pengajaran,alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan ,alat sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan ,dan alat sebagai tujuan
Alat
dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu alat dan alat bantu pengajaran.Yang
dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,perintah,larangan dan
sebagainya.sedangkan alat bantu pengajaran berupa globe,papan tulis,batu
tulis,batu kapur,dll.Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi
alat material dan non material
Alat
material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya.Penggunaan alat bantu
audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh
Dwyer(1967),salah satu tokoh aliran realisme.Aliran realisme berfungsi bahwa
belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika di gunakan bahan-bahan
audivisual yang mendekati realitas.Menurut Miller dkk (1957),lebih banyak sifat
bahan audiovisual yang mendekati realisasi makin mudah terjadi belajar
,karenanya ada kecendrungan dari pihak guru untuk memberikan bahan pelajaran
sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang mendekati relasasi kehidupan
dan pengalaman anak didik.
Sebagai
alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran ,alat material(audiovisual)
mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan
persepsi
b. Kemampuan untuk meningkatkan
pengertian
c. Kemampuan untuk meningkatkan
transfer (pengalihan)belajar
d. Kemampuan untuk memberikan
penguatan(reinforcement)atau pengetahuan hasil yang di capai
e. Kemampuan untuk meningkatkan
retensi(ingatan)
uraian
tersebut,jelaskan bahwa alat tidak bisa di abaikan dalam program pengelolaan
pengajaran.
6. Sumber Pengajaran
Belajar mengajar telah di ketahui
,bukanlah berproses dalam kehampaan tetapi berproses dalam kemaknaan di
dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik.Nilai-nilai itu
tidak datang dengan sendirinya,tetapi terambil dari berbagau sumber guna
dipakai dalam proses belajar mengajar.Jadi dari berbagai sumberlah bahan
pelajaran itu di ambil
Sumber- Sumber bahan dan belajar
adalah sebagai sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai tempat di mana bahan
pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang,dengan demikian sumber
belajar itu merupakan bahan/materi untuk
menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.Sebab
pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru.
Sumber belajar sesungguhnya banyak
sekali terdapat di mana-mana di sekolah,di halaman,dll.pemanfaatan
sumber-sumber pengajaran tersebut terantung pada kreatifitas guru
,waktu,biaya,serta kabijakan-kebijakan lainnya
Untuk menggambarkan gambaran apa
saja yang termasuk kategori sumber belajar berikut di kemukakan
pendapat-pendapat
Ny.Dr.Roestyah,N.K mengatakan bahwa
sumber-sumber belajar itu adalah
a. Manusia (dalam
keluarga,sekolah,dan masyarakat)
b. Buku/perpustakaan
c. Massa media
d. Dalam Lingkungan
e. Alat pengajaran
f. Museum
Drs
Sudirman N dkk mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut
a.
Manusia
b.
Bahan
c.
Lingkungan
d.
Alat
dan perlengkapan
e.
Aktivitas
1. Pengajaran berprogram
2. Simulasi
3. Karya wisata
4. Sistem pengajaran Modul
Aktifitas
sebagai sumber belajar meliputi:
a. Tujuan khusus yang harus di capai
oleh siswa
b. Materi(bahan pelajaran)yang harus
di pelajari
c. Aktivitas yang harus di lakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran
Drs.Udin
Saripuddin Winataputra,M.A dan Drs Rustana ardiwinata berpendapat bahwa
terdapat sekurang kurangnya 5 macam
sumber belajar yaitu
a. Manusia
b. Buku
c. Media Massa
d. Alam Lingkungan
7.
Evaluasi
Evaluasi
berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation. Menurut Warn dan Brown, evaluasi
adalh suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N.
Sumartana, (1983: 1)evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut,
Ny. Drs. Roestiyah. N.K (1989: 85)mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan
kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang
dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dari kedua pengertian evaluasi
tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi. Tujuan evaluasi dapat
dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu
Simanjuntak menegaskan bahwa:
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah:
1. Mengumpulkan data-data yang
membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan pendidik/guru
menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
3. Meniali metode mengajar yang
diperguanakan.
b. Tujuan khusus dari evaluasi
adalah:
1. Meransang kegiatan siswa.
2. Menemukan sebab-sebab kemajuan
atau kegagalan.
3. Memberikan bimbingan yang sesuai
dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4. Memperoleh bahan laporan tentang
perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
5. Untuk memperbaiki mutu
pelajaran/cara belajar dan metode mengajar.
Dalam
tujuan-tujuan yang dikemukakan tersebut, maka pelaksaan evaluasi mempunyai
manfaat yang sangat besar. Manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksaannya dan
ketika akan memprogramkan serta melaksanakan proses belajar mengajar di masa
mendatang. Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi
diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses yang
dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana
pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan,
apakah dalam proses itu ditemui kendala dan bagaimana kerjasama setiap komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk yang
dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar
yang telah dilakukan oles siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap
bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar
berlansung.
Ketika
evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program
bagi murid
b. Untuk memberikan angka yang tepat
tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid.antara lain digunakan
dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua,
penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c. Untuk menetukan murid di dalam
situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan
karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d. Untuk mengenal latar belakang
(psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesullitan-kesulitan
belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan
kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar
pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. mengajar pun pada hakikatnya
adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi. bila hakikat
belajar adalah
“perubahan”, maka belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan
oleh guru.
kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dan ciri-ciri tertentu,
sebagai berikut:
1.
Belajar mengajar memiliki tujuan
2.
Ada
suatu yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
4.
Ditandai
dengan aktivitas anak didik.
5.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan
sebagai pembimbing.
6.
Dalam
kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7.
Ada
batas waktu.
8.
Evaluasi.
Adapun komponen-komponen belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan
2. Bahan
pelajaran
3. Kegiatan
belajar mengajar
4. Metode
5. Alat
6. Sumber
pelajaran
7. Evaluasi
B. Saran
Jika ingin proses belajar mengajar berjalan dengan baik,
efektif, dan efisien maka sebaiknya seorang guru dan siswa perlu memahami
hakikat dari belajar mengajar dan mengetahui ciri-ciri serta komponen-komponen
belajar mengajar.