Selasa, 03 Desember 2013

strategi belajar mengajar



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik. 
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar mengajar  yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar rnengajar  yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi mi tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.






B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana hakikat belajar mengajar?
2.    Sebutkan ciri-ciri belajar menajar?
3.    Apa saja komponen-komponen belajar mengajar?


C. Tujuan dan Manfaat
1.    Memahami hakikat belajar mengajar
2.    Mengetahui ciri-ciri belajar mengajar
3.    Mengetahui komponen-komponen belajar mengajar



BAB II
PEMBAHASAN

HAKIKAT, CIRI, DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR

Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik. 
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar mengajar  yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar rnengajar  yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi mi tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang bemilai edukatif, belajar mengajar mempunya hakikat, ciri, dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas di medan pengabdian. Ketiga aspek ini diuraikan pada pembahasan berikut:


A.    Hakikat Belajar Mengajar
Dalarn kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaan.  Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak ddik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkjnan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya  anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori be1ajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang diilakukan oleh seseorang di luar dan keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendirj dan terlalu banyak mengharapan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu.
Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan kerlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan rnenyatu di dalam konsep pengajaran.
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan ragajiwa bersatu antara guru dan anak didik. 
Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhimya kegiat belajar mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak akan pernah sepi dari kegiatan guru. Sernua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar anak didik.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi .lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (NanaSudjana, 199:29).
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Akhimya, bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

B.     Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dan ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1.      Belajar mengaja memiliki tujuan, yakni membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkann letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati dan begitu seterusnya.
3.      Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesam dan disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4.      Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
5.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama  anakdidik) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
6.      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dan ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dan pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-Iangkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dan prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7.      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8.      Evaluasi. Dan seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

Demikian pembicaraan mengenai kegiatan belajar mengajar. Untuk seterusnya pembahasan ini diarahkan pada masalah belajar mengajar.

C.    Komponen-komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar rnengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dan pelaksanaan  suatu kegiata. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak-anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya.
Ny.Dr.Roestiyah,N.K. (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu bukan sekedar suatu proses dari pengjaran itu sendiri.
2. Bahan Ajar
            Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Kerena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan, bahan pelajaran pelengkap adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
            Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (Sudirman, N.K.,1991;2003). Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.

3. Kegiatan Belajar Mengajar
            Keegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menetukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
            Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan  bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA( cara belajar siswa aktif) dalam pendidikan modern.
            Mastery learning adalah salah satu strategi belajar mengajar penndekatan individual (Drs. Muhammad Ali, 1992: 94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1998: 31).

4.        Metode
Metode adalah suatu cara yang di pergunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.Dalam kegiatan belajar mengajar,metode di perlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai setelah pengajaran berakhir.Seorang guru tidak dapat menyelesaikan tugasnyabila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang di rumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan
            Dalam kegiatan belajar mengajar,guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode,tetapi guru sebaliknya  menggunakan metode  yang  bervariasi  agar jalannya pengajaran  tidak membosankan ,tetapi menarik perhatian anak didik.Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tetap dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak didik.Oleh karena itu,kompetensi guru di perlukan dalam pemilihan metode yang tepat,pemilihan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunanya.Prof.Dr.Winarno Surakhmad,M.Sc.Ed., mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan Metode mengajar Sebagai Berikut:
a.       Tujuan yang berbagai jenis-jenis dan fungsinya
b.      Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c.       Situasi yang berbagai-bagai tingkat keadaannya
d.      Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e.       Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Demikian pembicaraan mengenai metode ini secara umum,yang dalam babV akan di bahas secara mendalam

5.        Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran,alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan ,alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan ,dan alat sebagai tujuan
Alat dapat dibagi menjadi dua macam,yaitu alat dan alat bantu pengajaran.Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,perintah,larangan dan sebagainya.sedangkan alat bantu pengajaran berupa globe,papan tulis,batu tulis,batu kapur,dll.Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi alat material dan non material
Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya.Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer(1967),salah satu tokoh aliran realisme.Aliran realisme berfungsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika di gunakan bahan-bahan audivisual yang mendekati realitas.Menurut Miller dkk (1957),lebih banyak sifat bahan audiovisual yang mendekati realisasi makin mudah terjadi belajar ,karenanya ada kecendrungan dari pihak guru untuk memberikan bahan pelajaran sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang mendekati relasasi kehidupan dan pengalaman anak didik.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran ,alat material(audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a.       Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b.      Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c.       Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan)belajar
d.      Kemampuan untuk memberikan penguatan(reinforcement)atau pengetahuan hasil yang di capai
e.       Kemampuan untuk meningkatkan retensi(ingatan)
uraian tersebut,jelaskan bahwa alat tidak bisa di abaikan dalam program pengelolaan pengajaran.

6.    Sumber Pengajaran
            Belajar mengajar telah di ketahui ,bukanlah berproses dalam kehampaan tetapi berproses dalam kemaknaan di dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik.Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya,tetapi terambil dari berbagau sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar.Jadi dari berbagai sumberlah bahan pelajaran itu di ambil
            Sumber- Sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang,dengan demikian sumber belajar itu merupakan  bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru.
            Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana di sekolah,di halaman,dll.pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut terantung pada kreatifitas guru ,waktu,biaya,serta kabijakan-kebijakan lainnya
            Untuk menggambarkan gambaran apa saja yang termasuk kategori sumber belajar berikut di kemukakan pendapat-pendapat
            Ny.Dr.Roestyah,N.K mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah
a.       Manusia (dalam keluarga,sekolah,dan masyarakat)
b.      Buku/perpustakaan
c.       Massa media
d.      Dalam Lingkungan
e.       Alat pengajaran
f.       Museum
Drs Sudirman N dkk mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut
a.         Manusia
b.        Bahan
c.         Lingkungan
d.        Alat dan perlengkapan
e.         Aktivitas
1.    Pengajaran berprogram
2.    Simulasi
3.    Karya wisata
4.    Sistem pengajaran Modul
Aktifitas sebagai sumber belajar meliputi:
a.       Tujuan khusus yang harus di capai oleh siswa
b.      Materi(bahan pelajaran)yang harus di pelajari
c.       Aktivitas yang harus di lakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran
Drs.Udin Saripuddin Winataputra,M.A dan Drs Rustana ardiwinata berpendapat bahwa terdapat sekurang kurangnya 5 macam  sumber belajar yaitu
a.       Manusia
b.      Buku
c.       Media Massa
d.      Alam Lingkungan


7. Evaluasi
            Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation. Menurut Warn dan Brown, evaluasi adalh suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983: 1)evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
            Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah. N.K (1989: 85)mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
            Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu Simanjuntak menegaskan bahwa:
a.    Tujuan umum dari evaluasi adalah:
1.      Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2.      Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
3.      Meniali metode mengajar yang diperguanakan.

b.    Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1.      Meransang kegiatan siswa.
2.      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3.      Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4.      Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
5.      Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar.
Dalam tujuan-tujuan yang dikemukakan tersebut, maka pelaksaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksaannya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan proses belajar mengajar di masa mendatang. Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses yang dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala dan bagaimana kerjasama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk yang dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oles siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar berlansung.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.    Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid
b.    Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid.antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c.    Untuk menetukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d.   Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesullitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi. bila hakikat belajar adalah “perubahan”, maka belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dan ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:
1.      Belajar mengajar memiliki tujuan
2.      Ada suatu yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
4.      Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7.      Ada batas waktu.
8.      Evaluasi.

Adapun komponen-komponen belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan
2.      Bahan pelajaran
3.      Kegiatan belajar mengajar
4.      Metode
5.      Alat
6.      Sumber pelajaran
7.      Evaluasi

B.  Saran
Jika ingin proses belajar mengajar berjalan dengan baik, efektif, dan efisien maka sebaiknya seorang guru dan siswa perlu memahami hakikat dari belajar mengajar dan mengetahui ciri-ciri serta komponen-komponen belajar mengajar.






Twitter Delicious Facebook Google Plus Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes